MANAJEMENSEBAGAI ILMU DAN SENI. Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan (James A.F Stoner, Management, Prentice/ Hall International, Inc., Englewood Cliffs ecaragaris besar, sejarah perkembangan manajemen dapat dibagi menjadi dua hal, yaitu: pertama manajemen dalam prakt i k atau manajemen sebagai suatu seni, dan kedua manajemen sebagai ilmu pengetahuan. Berakhirnyastatus administrasi sebagai seni semata-mata dan lahirnya adm nistrasi dan managemen sebagai suatu ilmu pengetahuan (disiplin baru). Berakhirnya periode prasejarah dan periode sejarah manusia dalam perken bangan administrasi dan managemer. dan tibanya periode "zaman modern' yang berakhirnya abad yang lalu dan Karenanya manajemen dapat diartikan sebagai ilmu dan seni tentang upaya untuk memanfaatkan semua sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan secara efektif dan efesien. Manajemen dipandang dari berbagai perpektif yang ada, mempunyai dasar yang kuat yang tidak terlepas dari perpaduan antara ilmu dan seni. ManajemenSebagai Seni Manajemen sebagai seni yaitu manajemen dipandang sebagai keahlian, kemahiran, kemampuan, serta keterampilan dalam menerapkan prinsip, metode, dan teknik dalam menggunakan sumber daya manusia dan sumber daya alam secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan. Sifat Manajemen Sebagai Seni: Ahli Mahir Mampu Terampil Berakhirnyaperkembangan administrasi sebagai seni di tandai oleh lahirnya "gerakan manajemen ilmiah''yang di pelopori oleh frederick amerika serikat dan henry fayol dari perancis, pada akhir abad XIX dan di sini terdapat dua hal yang perlu di catat,yaitu: . Sejarah manajemen sejatinya dapat dilihat dari perkembangan manusia sendiri. Misalnya, manajemen sebenarnya lahir dari sejak manusia melakukan kegiatan pengaturan diri, keluarga dan kelompoknya untuk sesuatu tujuan yang diinginkannya. Tujuan tersebut dapat berupa seni atau keindahan, pencapaian suatu materi atau juga keberlangsungan hidupnya. Dalam contoh kecil tersebut, sudah tampak bahwa agar kehidupannya berlangsung dengan baik maka dibutuhkan pengelolaan yang apik. Mempelajari sejarah manajemen sangat penting bagi kita untuk dapat memperoleh gambaran tentang bagaimana manajemen itu telah berlangsung pada masa lalu, bagaimana kemudian manajemen tersebut berkembang, prinsip-prinsip apa yang dikembangkan pada masa lalu dan bagaimana manajemen tersebut berlangsung dewasa ini. Pada akhirnya kita harus pula mempelajari dan mengantisipasi perkembangan di masa mendatang yang tentu saja juga akan menentukan arah pertumbuhan manajemen itu sendiri. Dengan mengetahui arah perkembangan manajemen tersebut maka kita juga akan dapat mempersiapkan diri kita untuk membekali diri kita masing-masing dengan keterampilan-keterampilan manajerial yang diperlukan di masa mendatang. Berikut adalah berbagai pemaparan mengenai sejarah perkembangan manajemen. Sejarah perkembangan manajemen tidak jauh berbeda dengan perkembangan manusia itu sendiri. Artinya, bahwa manajemen telah berlangsung sejak manusia itu berada di bumi ini, seiring dengan perkembangan dan tuntutan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada zaman purba atau zaman batu, manusia juga menggunakan keterampilan dan keahliannya untuk membuat alat-alat dari batu guna merealisasikan tujuan hidupnya. Pada abab-abad yang lalu misalnya, banyak karya besar manusia yang sampai saat ini dapat dinikmati oleh manusia sekarang. Contohnya, bagaimana kita mengenal Candi Borobudur di Indonesia. Karya besar tersebut lahir pada saat ilmu dan teknologi belum begitu berkembang. Untuk membangun candi tersebut diperlukan beratus-ratus hingga ribuan orang membantu pekerjaan pembangunan candi tersebut. Dahulu tidak dikenal yang namanya semen untuk menyatukan satu batu atau bata dengan batu atau bata lainnya, konon pada saat itu digunakan perekat dari putih telur ayam. Dengan kata lain untuk menyusun bangunan tersebut diperlukan berjuta-juta telur ayam. Pekerjaan besar ini membutuhkan keterampilan manajemen yang tinggi, yaitu bagaimana mengelola ribuan orang yang bekerja serta pengalokasian sumber daya lainnya. Dahulu keterampilan dan keahlian masih sederhana, sedangkan sekarang akibat perkembangan teknologi dan informasi, keterampilan dan keahlian orang-orang meningkat dengan pesatnya. Dengan adanya fasilitas internet misalnya, kejadian di suatu negara bisa dengan cepat dilihat atau didengar oleh penduduk negara lain yang memiliki jarak yang sangat jauh dari negara yang dimaksud, bahkan hingga ke pelosok-pelosok desa dan kampung. Manajemen kemudian berkembang sesuai dengan perkembangan keahlian serta pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh oleh manusia itu. Pengetahuan serta teknologi IPTEK terus tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan itu sekaligus juga mengembangkan keterampilan manajemen umat manusia. Evolusi Teori Manajemen Daft 2003 dalam Krisnandi dkk, 2019, hlm. 18 menyatakan bahwa perspektif sejarah terhadap manajemen mencerminkan perspektif atau lingkungan untuk menerjemahkan peluang dan masalah yang timbul. Meskipun demikian, sejarah tidak hanya menyusun peristiwa dalam suatu urutan secara kronologis, tetapi juga mengembangkan suatu pemahaman mengenai dampak dari suatu kekuatan sosial terhadap suatu organisasi. Mempelajari sejarah merupakan suatu cara untuk menciptakan pemikiran yang strategis, melihat gambaran yang luas dan benar, serta memperbaiki keterampilan konseptual. Kekuatan sosial itu sendiri mengacu pada berbagai aspek budaya yang turut mempengaruhi hubungan antar-orang. Kekuatan orang ini membentuk apa yang dikenal sebagai kontrak sosial, yang merupakan aturan dan persepsi umum tidak tertulis mengenai hubungan antar orang dan antar karyawan dengan manajemen. Teori itu sendiri merupakan asumsi-asumsi yang saling berhubungan dan diungkapkan dalam rangka menjabarkan suatu keterkaitan di antara berbagai fakta yang bisa diobservasi. Misalnya apabila cuaca sore hari mendung, maka malam hari atau sebentar lagi hujan akan turun. Kalimat ini merupakan sebuah hipotesis atau dugaan sementara, dan apabila berdasarkan penelitian ternyata mendukung hipotesis yang dibuat, maka hipotesis tersebut menjadi sebuah teori. Gerakan manajemen ilmiah sebenarnya telah dimulai sekitar akhir abad yang lalu, di mana para insinyur Amerika Serikat dan Eropa mencari dan mengembangkan cara-cara baru untuk mengelola suatu perusahaan. Beberapa variabel yang diperhatikan dalam manajemen ilmiah adalah sebagai berikut. Pentingnya peranan manajer dalam menggerakkan dan meningkatkan produktivitas perusahaan. Pengangkatan dan pemanfaatan tenaga kerja dengan persyaratan-persyaratannya. Tanggung jawab kesejahteraan pegawai/karyawan. Kondisi yang cukup untuk meningkatkan produktivitas kerja. Berbagai kegiatan dalam jejak rekam sejarah, di mana variabel-variabel di atas diperhatikan dapat dikatakan sebagai aktivitas manajemen. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah beberapa kronologis sejarah perkembangan ilmu manajemen menurut perintisnya. Aliran-Aliran Manajemen Pada sekitar abad ke-17 terjadi perubahan besar dalam bidang produksi. Barang-barang konsumsi dapat dihasilkan dalam jumlah yang sebelumnya tidak pernah terjadi. Peningkatan produksi barang ini disebabkan banyak ditemukan peralatan-peralatan pengolahan barang. Pada saat itu peran tenaga kerja dapat sebagian telah digantikan dengan mesin-mesin baru. Aliran Manajemen Ilmiah Manajemen ilmiah lahir seiring dengan perkembangan teknologi yang dihasilkan oleh para ahli teknik yang bekerja pada perusahaan-perusahaan besar di Eropa dan Amerika Serikat. Pada masa ini dikenal oleh kalangan usahawan sebagai revolusi industri. Para insinyur di Eropa dan Amerika Serikat berupaya untuk mengembangkan berbagai cara baru untuk mengelola perusahaan. Teori Manajemen Ilmiah itu sendiri dikembangkan berkat adanya kebutuhan terhadap peningkatan produktivitas. Dalam hal ini, produktivitas dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan efisiensi pekerja. Beberapa variabel dalam manajemen ilmiah dapat diidentifikasikan sebagai berikut. Peningkatan produktivitas perusahaan. Pemanfaatan tenaga kerja beserta persyaratannya. Peningkatan kesejahteraan karyawan. Lingkungan yang baik untuk peningkatan produktivitas kerja. Tokoh-tokoh yang memberikan sumbangan terhadap manajemen ilmiah di antaranya adalah sebagai berikut. Robert Owen 1771-1858 Robert Owen merupakan manajer dari beberapa pabrik pemintal kapas di New Lanark, Scotlandia sejak tahun 1800-an. Dalam teorinya, Owen menekankan peranan sumber daya manusia sebagai kunci kesuksesan dari suatu perusahaan Krisnandi dkk, 2019, hlm. 19. Sebagai perintis manajemen ilmiah, Owen melihat pada saat itu kondisi kerja dan kehidupan pekerja di pabrik-pabriknya sangatlah buruk, di mana banyak anak-anak di bawah umur sudah dipekerjakan, serta jam kerja yang melebihi kemampuan pekerja untuk melakukannya. Owen kemudian menerapkan kebijakan untuk membatasi usia kerja seseorang yang bekerja di pabriknya di atas 10 tahun, dan menolak pekerja di bawah 10 tahun. Di samping itu, Owen juga menetapkan suatu prosedur kerja yang mampu meningkatkan produktivitas kerja, selanjutnya juga menetapkan kebijakan insentif agar kesejahteraan karyawan meningkat. Charles Babbage 1792-1871 Charles Babbage merupakan profesor matematika yang sering memperhatikan berbagai cara kerja di pabrik. Ia beranggapan bahwa pengaplikasian berbagai prinsip ilmiah pada serangkaian proses pekerjaan akan mampu meningkatkan produktivitas kerja dan lebih efisien. Babbage menganjurkan bahwa setiap pekerjaan dapat dibagi ke dalam berbagai macam keterampilan, sehingga pekerja dapat dilatih dengan keterampilan tertentu yang spesifik. Dengan demikian, pekerja hanya dituntut untuk bertanggung jawab atas tugas pekerjaannya sendiri. Tugas pekerjaan yang dilakukan secara berulang-ulang dapat meningkatkan keterampilannya, sehingga produktivitas dan efisiensi dapat dicapai perusahaan. Frederick Wilson Taylor 1856-1915 Taylor adalah seorang manajer pabrik di Amerika Serikat yang melakukan penelitian mengenai studi waktu kerja time and motion studies di bagian produksi. Dengan studi waktu sebagai dasarnya, Taylor mampu memecah setiap pekerjaan ke dalam berbagai komponen dan merancang cara kerja yang terbaik dan tercepat untuk setiap pekerjaan tersebut. Dalam penelitian tersebut ditentukan berapa kemampuan pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya dengan menggunakan bahan dan alat yang tersedia di dalam perusahaan. Menurut Taylor, manajemen memiliki empat prinsip berikut. Perkembangan manajemen ilmiah yang riil. Prinsip ini merupakan metode terbaik untuk melaksanakan setiap tugas dapat ditentukan. Kembangkanlah sebuah ilmu bagi setiap unsur pekerjaan seseorang yang akan menggantikan metode kaidah ibu jari yang lama. Seleksi ilmiah pekerja. Dalam hal ini, setiap pekerja dipertanggungjawabkan tugas yang dinilai paling sesuai untuknya. Para pekerja tersebut perlu dipilih secara ilmiah untuk kemudian dilatih dan dikembangkan potensi dan keterampilannya. Pendidikan dan pengembangan ilmiah. Manajemen perlu bekerja sama dengan para pekerja secara sungguh-sungguh dalam rangka memastikan bahwa setiap pekerjaan dijalankan sesuai dengan prinsip ilmu yang telah dikembangkan sebelumnya. Kerja sama pribadi yang bersahabat antara manajemen dan tenaga kerja. Pekerjaan beserta tanggung jawabnya perlu dibagi rata di antara pimpinan dan bawahan. Manajemen perlu mengambil alih berbagai pekerjaan yang dinilai lebih tepat untuknya daripada untuk bawahannya Krisnandi dkk, 2019, hlm. 21. Frank B. Gilberth 1968-1924 dan Lillian M. Gilberth 1878-1972 Frank dan Lillian adalah pasangan suami istri yang memberikan kontribusi bagi gerakan manajemen ilmiah. Mereka bekerja sama dalam mempelajari kelelahan dan gerakan serta berfokus pada cara untuk mendorong kesejahteraan masyarakat. Bagi Frank dan Lillian, manajemen ilmiah ditujukan untuk membantu karyawan dalam mencapai potensinya secara utuh sebagai manusia. Frank berpendapat bahwa gerakan dan kelelahan merupakan dua hal yang saling berkaitan. Selain itu, setiap gerakan yang dihilangkan juga akan menimbulkan suatu kelelahan. Sedangkan Lillian menyatakan bahwa gerakan yang efektif dapat mengurangi kelelahan. Dengan kata lain hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa gerakan yang efektif akan menyemangati kerja karyawan. Herrington Emerson 1853-1931 Menurut Emerson, pemborosan merupakan penyakit yang merintangi manajemen. Oleh sebab itu, Emerson merumuskan beberapa prinsip berikut. Perumusan tujuan yang jelas. Pelaksanaan kegiatan yang logis. Penyediaan staf yang terampil. Penciptaan kedisiplinan kerja. Pemberian imbal jasa yang adil. Pelaporan yang cepat, tepat, terpercaya, dan kontinu. Penginstruksian dan perencanaan dari urutan kerja. Adanya standar, metode, skedul dan waktu di setiap kegiatan. Adanya kondisi yang standar. Adanya operasi yang standar. Adanya instruksi praktis yang standar secara tertulis. Adanya balas jasa efisiensi dan rencana insentif. Aliran Manajemen Klasik Aliran manajemen klasik teori administrasi klasik dikenal dengan fokus pada kebutuhan menyistemisasikan kegiatan manajemen. Berikut adalah beberapa tokoh yang turut berkontribusi pada teori manajemen klasik. Henry Fayol 1841-1925 Henry Fayol merupakan industrialis Prancis yan sering disebut sebagai bapak aliran manajemen klasik karena upaya menyistematisasi studi manajerial. Pokok pikirannya ditulis dalam bukunya yang berjudul General and Industrial Management. Menurut Fayol, praktik manajemen dapat dikelompokkan dalam beberapa pola yang dapat diidentifikasi dan dianalisis. Selanjutnya, analisis tersebut dapat diajarkan kepada manajer lain atau calon manajer. Fayol membagi kegiatan bisnis dalam enam kegiatan pokok yang saling berkaitan. Teknis, memproduksi produk; Komersial, membeli bahan baku dan menjual produk; Keuangan, mencari dan menggunakan dana; Keamanan, menjaga karyawan dan kekayaan perusahaan; Akuntansi , mencatat dan mengukur transaksi; dan Manajemen. Max Weber 1864—1920 Max Weber merupakan ahli sosiologi Jerman yang mengembangkan teori birokrasi. Menurutnya, suatu organisasi yang terdiri atas ribuan anggota membutuhkan aturan yang jelas untuk anggota organisasi tersebut. Adapun organisasi yang ideal adalah birokrasi saat aktivitas dan tujuan diturunkan secara rasional dan pembagian kerja disebutkan dengan jelas. Birokrasi didasarkan pada aturan yang rasional dan yang dapat dipakai untuk mendesain struktur organisasi yang efisien. Keahlian teknis dan evaluasi berdasarkan prestasi ditekankan. Model birokrasi Weber dipakai untuk memahami pengelolaan organisasi besar, seperti perusahaan multinasional yang mempunyai karyawan ribuan orang. Perhatikan bahwa birokrasi Weber berlainan dengan pengertian birokrasi populer. Orang cenderung mengartikan kata birokrasi dengan konotasi negatif, yaitu organisasi yang lamban dan tidak responsif terhadap perubahan. Mary Parker Follet 1868-1933 Follet mengemukakan pemahaman mengenai kelompok dan tingginya komitmen terhadap kerja sama antarmanusia. Menurut Follet, kelompok ialah suatu mekanisme di mana berbagai individu dapat mengkombinasikan bakatnya untuk mencapai sesuatu yang baik. Menurutnya, organisasi merupakan komunitas tempat manajer dan karyawan bekerja secara harmonis tanpa adanya dominasi dari salah satu pihak terhadap pihak lainnya, serta dapat menyelesaikan berbagai perbedaan dan konflik yang timbul melalui diskusi. Follet beranggapan bahwa manajer bertugas untuk membantu karyawan agar saling bekerja sama dalam rangka mencapai berbagai kepentingan yang terintegrasi. Menurut Follet, tanggung jawab kolektif dapat ditimbulkan oleh upaya membuat karyawan merasa memiliki perusahaan. Chester I. Barnard 1886-1961 Menurut Chaster, organisasi ialah sistem kegiatan yang diarahkan ke tujuan. Chaster mengemukakan bahwa manajemen memiliki dua fungsi utama, yaitu merumuskan tujuan dan mengadakan berbagai sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapainya. Barnard memandang pentingnya komunikasi dalam mencapai tujuan bersama. Berdasarkan teori penerimaan pada wewenang yang dikemukakannya, bawahan hanya akan menerima perintah jika mampu, memahami dan berkeinginan untuk menuruti pimpinannya. Aliran Hubungan Manusiawi Perkembangan lanjutan dalam manajemen kembali dimulai pada 1930 dan popular sejak 1950-an, yakni berupa manajemen yang memperhatikan karyawannya. Pandangan ini timbul dari berbagai kelemahan manajemen klasik yang berorientasi pada tugas dan menimbulkan stres serta pelambatan dan penurunan produktivitas akibat monotonnya pekerjaan. Aliran Hubungan manusiawi human relations pada umumnya mengacu pada suasana kerja yang berasal dari hubungan antara manajer dan karyawan. Jika hubungan manusia pada suatu organisasi efektif, suasana kerja akan mendorong semangat kerja dan keharmonisan suasana kerja. Efektivitas kerja diharapkan akan terjadi dari suasana kerja atau hubungan manusiawi yang baik. Studi Hawthorne Studi Hawthorne dilakukan di pabrik Western Electric Company dari tahun 1924—1933 di Hawthorne, dekat Chicago, Amerika Serikat. Studi disponsori oleh General Electric, Co. Studi tersebut bertujuan melihat pengaruh tingkat cahaya penerangan di tempat kerja terhadap produktivitas. Pada mulanya, karyawan dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama, yaitu tingkat penerangan diubah-ubah. Kelompok kedua merupakan kelompok pengendali control group. Cahaya penerangan untuk kelompok kedua tidak diubah-ubah. Ketika tingkat cahaya penerangan dinaikkan, ada kenaikan produktivitas pada kelompok pertama meskipun polanya tidak menentu. Ketika tingkat penerangan diturunkan, produktivitas tetap cenderung naik. Bahkan, produktivitas pada kelompok pengendali, yaitu tingkat penerangan tidak diubah, menunjukkan kecenderungan kenaikan produktivitas. Hasil seperti itu tentu saja membingungkan. Pada eksperimen selanjutnya, sekelompok pekerja ditempatkan di tempat terpisah. Beberapa variabel yang berkaitan diubah-ubah, seperti upah, lamanya waktu istirahat, dan hari kerja diperpendek. Bahkan, pekerja diperbolehkan memberi saran/usulan perubahan. Hasil yang diperoleh tetap membingungkan. Produktivitas cenderung naik meskipun tidak teratur polanya. Elton Mayo 1880—1949 bersama beberapa koleganya, seperti Fritz J. Roethlisberger dan William J. Dickson, kemudian masuk dalam tim penelitian. Mereka kemudian mengambil kesimpulan bahwa kenaikan produktivitas tersebut terjadi karena kelompok kerja yang dijadikan studi dan juga kelompok kendali merasa menjadi perhatian. Akibatnya, mereka termotivasi untuk bekerja lebih baik. Para peneliti sampai pada kesimpulan bahwa perhatian manajemen dapat meningkatkan semangat kerja karyawan. Gejala seperti itu kemudian sering disebut sebagai efek Hawthorne Hawthorne effect. Sumbangan dan keterbatasan pendekatan hubungan manusiawi Aliran hubungan manusiawi menyadarkan pentingnya kebutuhan sosial. Dengan demikian, aliran ini menyeimbangkan konsep lama yang menekankan ekonomi/rasionalitas manusia. Suasana kerja menjadi lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya. Pelatihan-pelatihan yang kemudian banyak memfokuskan pada upaya memperbaiki hubungan kerja antara manajer dan karyawan. Aliran ini memelopori studi baru dalam bidang dinamika kelompok, yaitu perhatian ditujukan tidak hanya pada individu, tetapi juga pada proses dan dinamika kelompok. Teori ini selanjutnya menginspirasi para ilmuwan perilaku manusia seperti Agryris, Maslow, dan McGregor untuk mengkaji motivasi secara lebih dalam. Sementara itu, keterbatasan dari teori hubungan manusia antara lain konsep makhluk sosial yang tidak secara lengkap menggambarkan individu di tempat kerjanya. Di samping itu, perbaikan kondisi dan kepuasan kerja karyawan tidak mampu meningkatkan produktivitas sesuai harapan. Selain lingkungan sosial di tempat kerja, upah, menariknya pekerjaan, struktur organisasi dan hubungan perburuhan juga berperan dalam mempengaruhi produktivitas. Aliran Manajemen Modern Aliran manajemen modern di dasari oleh asumsi bahwa manusia memiliki berbagai kebutuhan dan mengalami perubahan yang cepat, sehingga tidak ada pendekatan yang bisa digunakan pada kondisi tersebut Krisnandi, dkk, 2019, hlm. 25. Akan tetapi, pendekatan ini tetap mengakui gagasan teori manajemen klasik dan sumber daya manusia. Pada dasarnya, manajemen modern dibangun berdasarkan dua konsep utama, yakni teori perilaku organisasi dan manajemen kuantitatif. Pemikiran pokok dari Teori Perilaku adalah sebagai berikut Organisasi merupakan suatu keseluruhan dan pendekatan manajer untuk melakukan pengawasan yang harus disesuaikan dengan kondisi yang ada. Diperlukan pendekatan motivasional untuk membangun komitmen pekerja terhadap tujuan organisasi. Diperlukan manajemen yang sistematik dengan pendekatan yang didasarkan pada berbagai pertimbangan yang relevan. Manajemen teknik dapat dinilai sebagai suatu proses teknik mengenai peranan prosedur dan prinsip yang dijalankan secara ketat. Sementara itu pendekatan kuantitatif meyakini bahwa pokok masalah perlu diidentifikasi dengan riset ilmiah dan operasional, serta teknik ilmiah lainnya seperti perencanaan program, capital budgeting, pengembangan sumber daya manusia, dan sebagainya. Pendekatan-pendekatan tersebut dinamakan pendekatan ilmu manajemen science management, yakni pendekatan dengan prosedur sebagai berikut. Perumusan masalah. Penyusunan model matematis. Penyelesaian model. Penganalisisan model dan hasil dari model tersebut. Pengawasan terhadap hasil. Pengimplementasian kegiatan. Pendekatan Sistem Manajemen Pendekatan Sistem Sistem dapat diartikan sebagai gabungan sub-subsistem yang saling berkaitan. Organisasi sebagai suatu sistem akan dipandang secara keseluruhan, terdiri atas bagian-bagian yang berkaitan subsistem, dan sistem/organisasi tersebut akan berinteraksi dengan lingkungan. Pandangan yang menyeluruh semacam itu akan lebih bermanfaat dibandingkan dengan pandangan yang terisolasi. Pendekatan Kontingensi Situasional Pada nyatanya, tidak ada teori manajemen yang dapat diberlakukan di semua situasi karena setiap organisasi mempunyai karakteristik yang berbeda. Agar dapat menyesuaikan respon manajerial dengan permasalahan dan peluang yang ada di berbagai kondisi, perlu diterapkan pendekatan kontingensi. Pendekatan ini akan membantu manajer dalam memahami berbagai perbedaan situasional dan meresponnya secara tepat. Pendekatan kontingensi banyak digunakan di berbagai bidang dan fungsi organisasi, mulai dari pemasaran, strategi, kepemimpinan, motivasi, hingga penetapan keputusan. Berdasarkan hal tersebut, pendekatan kontingensi melihat berbagai permasalahan dengan memasukkan unsur lingkungan. Perubahan lingkungan yang cepat akan membuat manajer kesulitan dalam mengambil suatu keputusan yang tepat. Pendekatan kontigensi memberikan “resep praktis” terhadap persoalan manajemen. Tidak mengherankan pendekatan ini dikembangkan manajer, konsultan, atau peneliti yang banyak berkecimpung dengan dunia nyata. Pendekatan ini menyadarkan manajer bahwa kompleksitas situasi manajerial membuat manajer lebih fleksibel atau sensitif dalam memilih teknik-teknik manajemen yang terbaik berdasarkan situasi yang ada. Keterlibatan Dinamik Dunia telah berubah secara dramatis selama beberapa dekade, dan organisasi mencoba berbagai metode baru manajemen yang cenderung akan lebih mampu merespons permintaan lingkungan dan konsumen saat ini. Keterlibatan dinamik merupakan sebuah pendekatan baru yang melihat perubahan keadaan global dengan semangat pemikiran baru. Dinamik mencerminkan perubahan, pertumbuhan dan kesinambungan, sedangkan keterlibatan mencerminkan keterlibatan intensif dengan orang lain. Berdasarkan hal tersebut, keterlibatan dinamik menggambarkan upaya bersemangat para manajer dalam berfokus pada hubungan manusiawi dan beradaptasi dengan perubahan kondisi dengan cepat. Pendekatan Hubungan Manusiawi Baru Neohuman Relation Pendekatan ini berusaha mengintegrasikan sisi positif manusia dan manajemen ilmiah. Pendekatan ini dimulai pada tahun 1950-an dan memperoleh momentum pada tahun 1960-an. Pendekatan perilaku mengatakan bahwa manusia berusaha mengaktualisasikan dirinya. Pendekatan hubungan manusiawi baru melangkah lebih lanjut. Mereka melihat bahwa manusia merupakan makhluk yang emosional, intuitif, dan kreatif. Dengan memahami kedudukan manusia tersebut, prinsip manajemen dapat dikembangkan lebih lanjut. Beberapa nama dapat disebutkan mewakili aliran ini. W. Edward Deming mengembangkan prinsip-prinsip manajemen, seperti Fayol, yang berfokus pada kualitas kerja dan hubungan antarkaryawan. Prinsip manajemen tersebut dipercaya membantu Jepang meningkatkan kualitas produk mereka. William Ouchi pada tahun 1981 menerbikan buku berjudul Theory ZHow American Business Can Meet the Japanese Challenge. Buku tersebut mencoba menggabungkan manajemen gaya Amerika Serikat tipe A dengan gaya Jepang tipe J. Menurutnya, dua tipe perusahaan berbeda dalam tujuh hal, yakni sebagai berikut. jangka waktu ikatan kerja, cara pengambilan keputusan, lokasi tanggung jawab, jangka waktu evaluasi dan promosi, mekanisme pengendalian, spesialisasi karier, dan perhatian terhadap karyawan. Referensi Krisnandi H., Efendi S., Sugiono E. 2019. Pengantar manajemen. Jakarta LPU-UNAS. Pendahuluan Seperti diketahui ilmu manajemen berkembang terus hingga saat ini. Ilmu manajemen memberikan pemahaman kepada kita tentang pendekatan ataupun tata cara penting dalam rneneliti, menganalisis dan memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan manajer. Oleh karena itu masalah ini berisikan uraian tentang perkembangan evolusi, teori manajemen dari masa ke masa. Selain memberikan gambaran bagaimana aliran pikiran masa lalu diharapkan tulisan ini dapat memberikan sumbangan terhadap ruang lingkup dan perkembangan ilmu manajemen. Tulisan ini juga membahas tentang terjadinya perkembangan evolusi ilmu manajemen. Dimana dalam ilmu manajemen dikemukakan ada beberapa aliran sebagai dasar pemikiran yang dibagi berdasarkan aliran klasik, aliran hubungan manusiawi dan manajemen modern yang merupakan cikal bakal teori manajemen yang berkembang terus dengan berbagai aliran lainnya. Adapun aliran pemikiran klasik dikenal dengan pendekatan proses dan produksi sedangkan aliran hubungan manusiawi lebih melihat dari sisi bagaimana sumber daya manusia yang berada dalam organisasi. Seseorang manajer hendaklah mempelajari dan memahami secara keseluruhan tentang perkembangan evolusi manajemen yang telah rnenghasilkan teori-teori manajemen yang muncul dari berbagai aliran, sehingga manajer dapat menggunakan teori yang paling sesuai untuk menghadapi situasi tertentu. Dengan demikian bila seorang manajer menghadapi situasi bagaimanapun kompleksnya akan dapat mencari solusi atau membuat keputusan yang baik. Perkembangan Ilmu Manajemen Pada perkembangan peradaban rnanusia, ilmu terbagi dalam tiga kelompok besar, yaitu 1. Ilmu yang mempelajari setia/seluruh gejala, bentuk dan eksistensinya yang erat hubungannya dengan alam beserta isinya dan secara universal mempunyai sifat yang pasti dan sarna serta tidak dipisahkan oleh ruang dan waktu, disebut ilmu eksakta, contoh fisika, kimia dan biologi. 2. IImu yang mempelajari seluruh gejala rnanusia dan eksistensinya dalam hubungannya pada setiap aspek kehidupan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat dinamakan ilmu sosial/non eksakta, misalnya ekonomi, politik, psikologi, sosiologi, hukum, administrasi dan lain-lain. 3. IImu humaniora, kumpulan pengetahuan yang erat hubungannya dengan seni, misalnya seni tari, seni lukis, seni sastra, dan seni suara. IImu manajemen merupakan salah satu disiplin ilmu sosial. Pada tahun 1886 Frederick W. Taylor melakukan suatu percobaan time and motion study dengan teorinya ban berjalan. Dari sini lahirlah konsep teori efisiensi dan efektivitas. Kemudian Taylor menulis buku berjudul The Principle of Scientific Management 1911 yang merupakan awal dari lahirnya manajemen sebagai ilmu. Di samping itu ilmu manajemen sebagai ilmu penegtahuan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut 1. Adanya kelompok manusia, yaitu kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih. 2. Adanya kerjasama dari kelompok tersebut. 3. Adanya kegiatan Iproses/usaha 4. Adanya tujuan Selanjutnya ilmu manajemen merupakan kumpulan disiplin ilmu sosial yang mempelajari dan melihat manajemen sebagai fenomena dari masyarakat modem. Dimana fenomena masyarakat modem itu merupakan gejala sosial yang membawa perubahan terhadap organisasi. Ada beberapa adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kehidupan suatu organisasi, yaitu 1. Tekanan pemilik perusahaan 2. Kemajuan teknologi 3. Saingan baru 4. Tuntutan masyarakat 5. Kebijaksanaan pemerintah 6. Pengaruh dunia Internasional Pada kenyataannya rnanajemen sulit dedifenisikan karena tidak ada defenisi manajemen yang diterima secara universal. Mary Parker Follet mendefenisikan manajemen sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Defenisi ini rnengandung arti bahwa para manajer untuk mencapai tujuan organisasi melalui pengaturan orang lain untuk melaksanakan berbagai tugas yang mungkin dilakukan. Manajemen memang bisa berarti seperti itu, tetapi bisa juga mempunyai pengertian lebih dari pada itu. Sehingga dalam kenyataannya tidak ada defenisi yang digunakan secara konsisten oleh semua orang. Stoner mengemukakan suatu defenisi yang lebih kompleks yaitu sebagai berikut “Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan, usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber dayasumber daya organisasi lainnya agar rnencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan”. Dari defenisi di atas terlihat bahwa Stoner telah rnenggunakan kata “proses”, bukan “seni”. Mengartikan manajernen sebagai “seni” mengandung arti bahwa hal itu adalah kemampuan atau ketrampilan pribadi. Sedangkan suatu “proses” adalah cara sistematis untuk rnelakukan pekerjaan. Manajemen didefenisikan sebagai proses karena semua manajer tanpa harus rnemperhatikan kecakapan atau ketrampilan khusus, harus melaksanakan kegiatan-kegiatan yang saling berkaitan dalam pencapaian tujuan yang diinginkan. Berdasarkan uraian diatas disimpulkan bahwa pada dasarnya manajemen merupakan kerjasama dengan orang-orang untuk menentukan, menginterpretasikan dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan planning, pengorganisasian organizing, pengarahan actuating, dan pengawasan controlling. Sampai sekarang belum ada suatu teori manajernen dapat diterapkan pada semua situasi. Seorang manajer akan menjumpai banyak pandangan tentang manajemen. Setiap pandangan mungkin berguna untuk berbagai masalah yang berbeda-beda. Ada tiga aliran pemikiran manajemen yaitu a. Aliran klasik b. Aliran hubungan manusiawi c. Aliran manajemen modem Tingkatan manajemen dalam organisasi akan membagi manajer menjadi tiga golongan yang berbeda 1. Manajer lini pertama Tingkat paling rendah dalam suatu organisasi yang memimpin dan menagwasi tenaga-tenaga operasional disebut manajemen lini garis pertama. 2. Manajer menengah Manajemen menengah dapat meliputi bebrapa tingkatan dalam suatu organisasi. Para manajer menengah membawahi dan mengarahkan kegiatan-kegiatan para manajer lainnya dan kadang-kadang juga karyawan operasional. 3. Manajer puncak Klasifikasi manajer training pada suatu organisasi. Manajemen puncak bertanggung jawab atas keseluruhan manajemen organisasi. Aliran Hubungan Manusiawi Pada tahap aliran perilaku atau hubungan manusiawi organisasi melihat pada hakikatnya adalah sumber daya manusia. Aliran ini mernandang aliran klasik kurang lengkap karena terlihat kurang mampu rnewujudkan efisiensi produksi yang sempurna dengan keharmonisan di tempat kerja. Manusia dalam sebuah organisasi tidak selalu dapat dengan mudah diramalkan prilakunya karena sering juga tidak rasional. Oleh sebab itu para manajer perlu dibantu dalam menghadapi rnanusia, melalui antar lain ilmu sosiologi dan psikologi. Ada tiga orang pelopor aliran perilaku yaitu 1. Hugo Munsterberg 1863 -1916 yaitu Bapak Psikologi Industri. Sumbangannya yang terpenting adalah berupa pernanfaatan psikologi dalam mewujudkan tujuan-tujuan produktivitas sarna seperti dengan teori-teori manajemen lainnya. Bukunya “Psychology and Indutrial Efficiency”, ia memberikan 3 cara untuk meningkatkan produktivitas a. Menempatkan seorang pekerja terbaik yang paling sesuai dengan bidang pekerjaan yang akan dikerjakannya. b. Menciptakan tata kerja yang terbaik yang memenuhi syarat-syarat psikologis untuk memaksimalkan produktivitas. c. Menggunakan pengaruh psikologis agar memperoleh dampak yang paling tepat dalam mendorong karyawan. 2. Elton Mayo 1880 -1949 gerakan memperkenalkan hubungannya yang diartikan sebagai satu gerakan yang memiliki hubungan timbal batik manajer dan bawahan sehingga mereka secara serasi mewujudkan kerjasama yang memuaskan, dan tercipta semangat dan efisiensi kerja yang memuaskan. Disini terlihat adanya peran faktor-faktor sosial dan psikologis dalam memberi dorongan kerja kepada karyawan. Satu hal yang menarik dari hasil percobaan Mayo dengan kawan-kawan adalah rangsangan uang tidak menyebabkan membaiknya produktivitas. Mereka menyatakan dalam meningkatkan produktivitas adalah satu karena sikap yang dimiliki karyawan yang merasa manajer ataupun atasannya memberikan perhatian yang cukup terhadap kesejahteraan mereka yang dikenal dengan sebutan “Hawthorne effect”, Selain itu, juga ditemukan pengaruh kehidupan lingkungan sosial dalam kelompok yang lebih informal lebih besar pengaruhnya terhadap produktivitas. Mayo beryakinan terhadap konsepsnya yang terkenal dengan “Social man” yaitu seharusnyalah dimotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan sosial dalam hubungan yang lebih efektif daripada pengawasan ataupun pengendalian manajemen. Konsep “socialmanl”dapat menggantikan konsep “rational man” yaitu seseorang bekerja didorong semata-mata oleh kebutuhan ekonomis pribadi yang terkenal dengan julukan “rational economic man” yang oleh Robert Owen diperkenalkan dengan istilah “vital machine”. Dalam pendidikan dan pelatihan bagi para manajer dirasa semakin pentingnya “people management skillsl” daripada “engineering atau technicall skillsl”, Sehingga konsep dinamika kelompok dalam praktek manajemen lebih penting daripada manajemen atas dasar kemampuan perseorangan individu, Walaupun demikian ada beberapa kelemahan temuan Mayo yang dinyatakan oleh orang-orang yang beranggapan kepuasan karyawan bersifat kompleks, karena selain ditentukan oleh lingkungan sosial, juga oleh faktor-faktor lainnya yaitu tingkat gaji, jenis pekerjaan, struktur dan kultur organisasi, hubungan karyawan manajemen dan lain-lain. Gerakan hubungan manusia terus berkembang dengan munculnya pemikiranpemikiran lain yang juga tergolong dalam aliran perilaku yang labih maju. Penggunaan ilmu-ilmu sosial seperti Sosiologi, Psikologi, dan Antropologi terus dipergunakan dengan penelitian yang lebih sempurna, dan para penelitinya lebih dikenal dengan sebutan “behavioral scientists” daripada human relations theorists”. Di antara mereka yang terkenal adalah Argyris, Maslow and Mc Gregor yang lebih mengutamakan konsep “self actualizing man” daripada hanya sekedar “social man” dalam memberi dorongan kepada karyawan. Teori Mayo ini pun kemudian lebih ditingkatkan dengan pendapat bahwa rnanusia tidak hanya didorong oleh berbagai kebutuhan yang dikenal dengan konsep “complex-man”. Karena tidak ada dua orang yang persis sarna, oleh sebab itu seorang manajer yang efektif akan berusaha mempelajari kebutuhan-kebutuhan setiap individu yang terkait dalam organisasinya agar dapat mempengaruhi individu tersebut. 3. William Ouchi 1981 William Ouchi, dalam bukunya “theory Z -How America Business Can Meet The Japanese Challen ge 1981”, memperkenalkan teori Z pada tahun 1981 untuk menggambarkan adaptasi Amerika atas perilaku Organisasi Jepang. Teori beliau didasarkan pada perbandingan manajemen dalam organisasi. Jepang disebut tipe perusahaan Jepang dengan manajemen dalam perusahaan Amerika -disebut perusahaan tipe Amerika. Berikut adalah perbedaan organisasi tipe Amerika dan tipe Jepang. Sumbangan para ilmuan yang beraliran hubungan manusiawi ini terlihat dalam peningkatan pemahaman terhadap motivasi perseorangan, perlaku kelompok, ataupun hubungan antara pribadi dalam kerja dan pentingnya kerja bagi manusia. Para manajer diharapkan semakin peka dan terampil dalam menangani dan berhubungan dengan bawahannya. Bahkan muncul berbagai jenis konsep yang lebih mengaji pada masalah-masalah kepemimpinan, penyelesaian perselisihan, memperoleh dan memanfaatkan kekuasaan, perubahan organisasi dan konsep komunikasi. Walaupun demikian aliran ini tidak bebas dari kritikan, karena di samping terlalu umum, abstrak dan kompleks, sukar sekali bagi manajer untuk menerangkan tentang perilaku manusia yang begitu kompleks dan sukar memilih nasehat ilmuwan yang mana yang sebaiknya harus dituruti dalam mencapai solusi di dalam perusahaan. Aliran Manajemen Modern Muncul aliran ini lebih kepada aliran kuantitatif merupakan gabungan dari Operation Research dan Management Science. Pada aliran ini berkumpul para sarjana matematika, pisik, dan sarjana eksakta lainnya dalam memecahkan masalahmasalah yang lebih kompleks. Tim sarjana ini di Inggris, di Amerika Serikat, sesudah perang Dunia II dikenal dengan sebutan “OR Tema” dan setelah perang dimanfaatkan dalam bidang industri. Masalah-masalah ruwet yang memerlukan “OR Tim” ini antara lain di bidang transportasi dan komunikasi. Kehadiran teknologi komputer, membuat prosedur OR lebih diformasikan menjadi aliran IImu Manajemen Modem. Pengembangan model-model dalam memecahkan masalah-masalah manajemen yang kompleks. Adanya bantuan komputer, maka dapat memberi pemecahan masalah yang lebih berdasar rasional kepada para manajer dalam membuat putusan-putusannya. Teknik-teknik ilmu manajemen ini membantu para manajer organisasi dalam berbagai kegiatan penting, seperti dalam hat penganggaran modal, manajemen cash flow, penjadwalan produksi, strategi pengembangan produksi, perencanaan sumber daya manusia dan sebagainya. Aliran ini juga memiliki kelemahan karena kurang memberi perhatian kepada hubungan manusia. Oleh karena itu sangat cocok untuk bidang perencanaan dan pengendalian, tetapi tidak dapat menjawab masalah-masalah sosial individu seperti motivasi, organisasi dan kepegawaian. Konsep dari aliran ini sebenarnya sukar dipahami oleh para manajer karena dapat menyangkut kuantitatif sehingga para manajer itu merasa jauh dan tidak terlibat dengan penggunaan teknik-teknik ilmu manajemen yang sangat ilmiah dan kompleks. Perkembangan Teori Manajemen Ketiga aliran manajemen yang telah diuraikan di atas ternyata sampai sekarang berkembang terus. Aliran hubungan manusiawi dan ilmu manajemen memberikan pendekatan yang penting dalam meneliti, menganalisis dan memecahkan masalahmasalah manajemen. Demikian pula aliran klasik yang telah berkembang ke arah pemanfaatan hasil-hasil penelitian dari aliran lain dan terus tumbuh menjadi pendekatan baru yang disebut pendekatan sistem dan kontingensi. Aliran klasik dikenal dengan pendekatan proses dan operasi manajemen. Dengan terjadinya proses perkembangan yang saling berkaitan di antara berbagai aliran ini, maka kemudian sudah sulit untuk terlalu membedakan dan memisahkan antara aliran-aliran ini. Proses perkembangan teori manajemen terus berkembang hingga saat ini yang dilihat dari lima sisi yaitu 1. Dominan, yaitu aliran yang muncul karena adanya aliran lain. Pengkajian dari masing-masing aliran masih dirasakan bermanfaat bagi pengembangan teori manajemen. 2. Divergensi, yaitu dimana ketiga aliran masing-masing berkemabng sendiri-sendiri tanpa memanfaatkan pandangan aliran-aliran lainnya. 3. Konvergensi, yang menampilkan aliran dalam satu bentuk yang sarna sehingga batas antara aliran nlenjadi kabur. Perkembangan seperti inilah yang sudah terjadi sekalipun bentuk pengembangannya tidak seimbang karena masih terlihat bentuk dominan dari satu rnazhab terhadap yang lain. 4. Sintesis, berupa pengembangan menyeluruh yang lebih bersitat integrasi dari aliran-aliran seperti yang kemudian tampil dalam pendekatan sistem dan kontingensi. 5. Proliferasi, merupakan bentuk perkembangan teori manajemen dengan munculnya teori-teori manajenlen yang baru yang memusatkan perhatian kepada satu permasalahan manajenlen tertentu. Seperti kita ketahui hingga saat organisasi bisnis nlerupakan penciptaan pengetahuan dan menjadi sumber inovasi yang penting bagi manajemen. Hal ini dapat dilihat bagaimana perusahaan-perusahaan Jepang dan perusahaan besar lain di belahan dunia ini berhasil dan berkembang karena keahlian danpengalaman dari para manajer dan perusahaan secara keseluruhan menciptakan pengetahuan baru, service, system, produk. Adanya inovasi yang terns menerus sebenamya rnerupakan inisiatif dari individual dan interaksi datam kelompok sehingga perubahan terns teljadi merupakan hasil dari pengalaman, penyatuan, diskusi, dialog yang menciptakan pengetahuan baru. Seperti yang dikatakan oleh Ikuijiro Nanoka dakam bukunya Knowledge Creating Company 1995, yang dikutip dari Dirlanudin hal. 10, 1996 bahwa pengembangan kerangka kelja teori khususnya teori manajemen adalah “pengembangan kerangka kerja teori, dengan menjelaskan pada dua dimensi, epistemological dan ortological mengenai kreasi pengetahuan organisasional. Dimensi epistemological yang digambarkan pada garis vertikal, yang mana konversi pengetahuan tacit dan pengetahuan eksplisit. Sedangkan dimensi ortologi yang mewakili garis horisontal, dimana pengetahuan diciptakan melalui individu-individu yang kemudian ditransformasi pada pengetahuan tingkat kelompok, organisasi dan antar organisasi dan berinteraksi secara terus-menerus”. Penutup Manajer saat ini dituntut mempelajari dan memahami semua teori manajemen yang dihasilkan oleh berbagai aliran, karena manajer bisa memilih teori yang paling sesuai untuk menghadapi situasi tertentu. Disamping itu seorang manajer dapat saja m enggabungkan dan memanfaatkan teori dan konsep yang paling cocok atau pendekatan untuk menghadapi masalah sederhana maupun yang kompleks dan pendekatan-pendekatan ini yang menggambarkan kedudukan dan peranan manajemen saat ini dan di masa datang. Ada beberapa alasan untuk mengetahui dan mempelajari perkembangan ilmu manajemen yang akan diuraikan di bawah ini yaitu antara lain 1. Membentuk pandangan kita mengenai organisasi. Mempelajari teori manajemen juga memberi petunjuk kepada kita di mana kita mendapatkan beberapa ide mengenai organisasi dan manusia didalamnya. 2. Membuat kita sadar mengenai lingkkungan usaha. Mempelajari berbagai teori manajemen berdasarkan perkembangannya, kita dapat memahami bahwa setiap teori adalah karena berdasarkan lingkungannya yaitu ekonomi, sosial, politik dan pengaruh teknologi yang dirasakan pada waktu dan tempat terjadinya peristiwa tertentu. Pengetahuan ini membantu setiap orang untuk memahami apa sebabnya teori tertentu cocok terhadap keadaan yang berbeda. 3. Mengarahkan terhadap keputusan manajemen. Mempelajari evolusi manajemen membantu memahami proses dasar sehingga dapat memilih suatu tindakan yang efektif. Pada hakekatnya suatu teori merupakan asumsi-asumsi yang koheren/logis, untuk menjelaskan beberapa fakta yang diobservasi. Teori yang absah, dapat memprediksi apa yang akan terjadi pada situasi tertentu. Dengan adanya pengetahuan ini, kita bisa rnenerapkan teori manajemen yang berbeda terhadap situasi yang berbeda. 4. Merupakan sumber ide baru. Mempelajari perkembangan teori manajemen memungkinkan kita pada suatu kesempatan mengambil pandangan yang berbeda dari situasi sehari-hari. Sumber Judul Sejarah Perkembangan Ilmu Manajemen Penulis Ritha F. Dalimunthe, SE, MSi Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Sumatera Utara Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Manajemen merupakan ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Manajemen dikatakan sebagai ilmu karena manajemen dipandang sebagai bidang pengetahuan yang secara sistematis berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerjasama. Sedangkan manajemen dikatakan sebagai seni karena melibatkan kemampuan memimpin dengan berbagai keunikan atau karakteristik. Kaitannya dengan pendidikan, maka manajemen pendidikan sebagai suatu disiplin ilmu memainkan peranan yang amat penting dalam mewujudkan sistem pendidikan yang bermutu dan berkelanjutan mengingat sumber daya manusia yang bermutu hanyalah dapat dibentuk, dikembangkan segala potensi, dan kemampuan melalui pendidikan dalam arti yang seluas-luasnya. Perlu diperhatikan. Jika dipandang dari sisi kode etik, manajemen sebagai kiat karena membutuhkan keahlian yang dibatasi. Sedangkan jika dipandang dari sisi pendidikan maka manajemen sebagai profesi karena sesuai dengan kerangka ilmu manajemen. Sedangkan fungsi dan prinsip manajemen pendidikan membutuhkan keterlibatan semua unsur organisasi, baik secara individu maupun kelompok dibawah wewenang dan koordinasi pemimpin institusi pendidikan agar tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien dengan melibatkan berbagai potensi yang ada. Lihat Pendidikan Selengkapnya Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Berbincang persoalan manajemen, secara umum tentu tidak terlepas dari fungsi yang melekat didalamnya. Manajemen dapat dikatakan sebagai upaya manusia dalam melakukan suatu perencanaan, pengorganisasi, pelaksanaan kegiatan, dan pengawasan. Ke-empat unsur ini telah menjadi panduan universal dalam setiap langkah di mana sebuah aktivitas dilakukan. Baik dalam lingkup kecil atau dalam lingkup organisasi besar terdiri dari berbagai bagian yang terikat dalam suatu sistem dan mekanisme kerja yang tercakup didalam banyak ragamnya, misalnya manajemen administrasi perkantoran, manajemen sumber daya manusia, manajemen proyek, manajemen bisnis, manajemen pemasaran, manajemen program, manajemen produksi, manajemen keuangan, manajemen biaya, manajemen pengadaan, manajemen pengeluaran, dan banyak lagi manajemen-manajemen yang semuanya disesuaikan dengan tuntutan segala aktivitas kelompok manusia sehingga cara-cara pengelolaannyapun semakin spesifik menurut bidangnya sesuai tuntutan dan kebutuhan organisasi masing-masing. Adapun yang mengkoordinir segala aktivitas tersebut selanjutnya disebut manajer, yaitu seseorang yang bekerja melalui/menghadapi orang lain dengan mengoordinasikan kegiatan-kegiatan mereka untuk mencapai sasaran atau tujuan organisasi yang telah dalam implementainya dapat dikatakan bahwa upaya pengelolaan untuk mencapai tujuan organisasi/perusahaan ini tergolong pada sebuah proses, maka dalam runutan perkembangan manajemen selanjutnya tersusunlah dalam suatu sistematika dan metode yang dapat dipelajari melalui berbagai pendekatan ilmiah. Pendekatan kuantitatif maupun pendekatan kualitatif akan mewarnai perkembangan lebih lanjut perihal manajemen di segala bidang. Namun itu semua sangat tergantung pada rumusan masalah yang ditemui sehingga langkah untuk menjawab persoalan yang ditemui akan bersesuaian dengan pilihan paradigma, metode dan teori yang digunakan. Di sinilah manajemen akan terus berkembang, dapat dipelajari yang tercakup dalam ruang lingkup ilmu pengetahuan science berikut inovasi yang akan selalu menyertainya. [caption id="attachment_408004" align="aligncenter" width="300" caption="manajemen, ilmu dan seni dinamis sumber dari Pada sisi lain, oleh karena dalam pelaksanaan proses manajemen banyak/selalu berurusan dengan manusia dengan segala ragam kualitas sumberdayanya, karakter serta latar belakang sosio-kultural yang ada maka proses interaksi antar manusia untuk mencapai tujuan yang sama selalu diliputi nilai-nilai subyektivitas sehingga perlu menjadikan pertimbangan bagi seorang manajer. Itu sebabnya, upaya untuk mengoptimalkan sumber daya manusia sebagai unsur penting dalam rangka menuju cita-cita organisasi/perusahaan tidaklah bisa diabaikan. Seorang manajer yang handal dan berpengalaman, sudah seharusnyalah bisa bersikap fleksibel. Ada kalanya bersikap dan bertindak dalam melaksanakan kewajibannya sebagai manajer sesuai kaidah atau prinsip-prinsip manajemen, akan tetapi di mana dan kapan saatnya harus bijak fleksibel dalam mengatur kerja sama dengan orang lain dalam lingkup kerjanya. Terutama pertimbangan terhadap realitas sosial dan budaya dimana organisasi/perusahaan itu berada. Selama pelaksanaan dalam system dan mekanisme kerja tidak berdampak fatal sehingga mengganggu proses pencapaian tujuan organisasi, hal-hal demikian dapat dilakukan. Disinilah dapat dikatakan bahwa memenej manusia pekerja dalam suatu organisasi adalah sebuah seni dengan perkembangan lebih jauh, terutama dalam memasuki era modern seiring akselerasi ilmu pengetahuan dan teknologi iptek ditandai hadirnya produk-produk canggih khususnya di bidang teknologi informasi dan komunikasi, ini semua akan berpengaruh terhadap perubahan sikap maupun perilaku manusia dalam melangsungkan aktivitasnya. Tidak terkecuali di bidang manajemen, kehadiran teknologi akan selalu diadopsi untuk menunjang tugas-tugas manajemen. Misalnya saja, kehadiran medium internet telah banyak membantu manusia dalam berinteraksi, baik antar personal maupun antar organisasi dan kalangan luas atau publik. Transaksi dan interaksi kini semakin intens tanpa dibatasi raung dan waktu, dapat menjangkau ruang lingkup luas dan bisa dilakukan setiap saat secara teknologi baru di era kekinian merupakan sebuah pilihan yang perlu dilakukan dalam suatu pengelolaan organisasi/perusahaan. Ini semua tidak lain sebagai sarana tools penunjang manajemen untuk mencapai hasil yang telah ditetapkan. Perlu diketahui bahwa sarana tools merupakan syarat suatu usaha untuk mencapai hasil yang ditetapkan. Tools tersebut pada lazimnya dikenal dengan sebutan 6M, yaitu men, money, materials, machines, method, dan markets. Pemenuhan terhadap kebutuhan sarana manajemen ini juga akan banyak membantu, terutama dalam rangka efisiensi dan membantu demi keberlangsungan sepintas kilas paparan di atas, selanjutnya dapat dikatakan bahwa manajemen sebagai ilmu pengetahuan science yang dapat dipelajari secara sistematis, manajemen juga sebagai seni dalam mengelola manusia yang terlibat didalam organisasi untuk menggapai tujuan. Lebih dari itu dalam realitasnya, ternyata manajemen sebagai ilmu dan seni ini bukanlah suatu yang mandeg. Melainkan sebuah aktvivitas yang selalu dinamis, artinya akan selalu menyesuaikan dengan perkembangan/perubahan zaman maupun peradaban manusia. Di era modern yang ditandai produk canggih berteknologi informasi, manajemen akan selalu mengokomodasi sekaligus beradaptasi dengan seperangkat tools yang dibutuhkan sehingga manajemen berbasis teknologi informasi merupakan sebuah dinamika dan sebagai pilihan di masa depan yang tidak bisa lagi dihindari. sofyan yamin. Lihat Money Selengkapnya A. Manajemen Sebagai Ilmu Saat ini manajemen sudah banyak diterapkan diberbagai bidang, baik itu bidang pendidikan, pemerintah maupun bidang usaha. Manajemen merupakan suatu ilmu dan seni untuk memanfaatkan segala sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Kenapa manajemen disebut sebagai ilmu adalah karena manajemen merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang disestemisasi, dikumpulkan dan diterima kebenarannya. Menurut T. Hani Handoko dalam bukunya “Manajemen” mendefinisikan manajemen sebagai suatu ilmu pengetahuan yang secara sistematis untuk memahami mengapa dan bagaimana manusia bekerja sama untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi kemanusiaan. Baca artikel berikut untuk mengetahui lebih banyak mengenai definisi manajemen 9 Pengertian Manajemen Menurut Para Ahli Selain itu dalam ilmu manajemen terdapat metode ilmiah yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam organisasi. Metode ilmiah tersebut merupakan suatu urutan kegiatan dimana sistem manajemen bekerja. Metode ilmiah tersebut antara lain adalah. a. Mengetahui adanya masalah. b. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah. c. Mengumpulkan fakta, data dan informasi. d. Mengolah data guna menyusun alternatif penyelesaian. e. Mengambil keputusan dengan memilih salah satu alternatif penyelesaian. f. Melaksanakan keputusan serta tindakan lanjut. B. Manajemen Sebagai Seni Selain sebagai ilmu, manajemen juga dianggap sebagai seni. Hal ini dikarnakan prinsip-prinsip manajeman yang sudah dipelajari tidaklah menjamin hasil yang akan diperoleh nantinya karena sangat dipengaruhi oleh bakat serta inovasi. Apa itu prinsip manajemen? Berikut panguraiannya 14 Prinsip-Prinsip Manajemen Kenapa didalam manajemen bakat dan inovasi diperlukan? Hal ini disebabkan karena kemampuan untuk memenej atau memimpin diperlukan sebuah karisma, stabilitas emosi, kewibawaan, kejujuran dan kemampuan menjalin hubungan dengan anggota, dan semuanya itu banyak dipengaruhi oleh bakat serta inovsi seseorang. Seni manajemen meliputi kemampuan memandang bagian-bagian yang harus ada dalam suatu organisasi sebagai totalitas sistem dan menjadi suatu kesatuan gambaran tentang visi. Selain itu seni manajemen mencakup pula mengenai kemampuan menyampaikan visi tersebut kepada komponen manajemen. Dalam merencanakan, menggerakan, mengorganisir, serta mengendalikan seluruh aspek manajemen dilakukan dengan seni, dan tidak kaku.

perkembangan manajemen sebagai seni dan ilmu pengetahuan